Selasa, 13 Januari 2015

Pengorbanan Terindah Untuk Anggun - Cerpen Persahabatan

Pengorbanan Terindah Untuk Anggun - Cerpen Persahabatan

PENGORBANAN TERINDAH UNTUK ANGGUN
Karya Lusi Parwini, Ni Putu
“Ra, Dara kamu dimana? Katanya kamu bawa kejutan buat aku.”Ujar Anggun, gadis tuna netra yang mencari seseorang yang baru saja bersamanya. Gadis itupun terus menggerakkan kursi roda sampai di taman belakang rumahnya. Ketika sampai disana, terdengar suara Dara dan seseorang sayup-sayup di belakang pohon mangga. Secara tak sengaja Anggun mendengar percakapan mereka.
“Aku gak nyangka keadaannya seperti ini, dan aku gak sanggup jalani hubungan ini.”suara seorang cowok yang rasanya dikenal Anggun. Rio, pacar Anggun. ‘Apakah Rio akan mutusin hubungan kita, setelah tahu keadaanku sekarang?’tanyanya sedih dalam hati.
“Jangan gitu Yo, kasiankan dia, dia pasti sedih kalau dia mendengar pernyataanmu tadi.” Terdengar suara Dara.
“Tapi, hm, aku sayang kamu.”perkataan Rio mengejutkan Anggun. Anggunpun menghampiri Dara dan Rio.
“Gila ya! kalian ngehianatin aku.” Ujar Anggun sembari membalikkan badannya dan menggerakkan kursi roda berbalik arah. Dara dan Rio segera mencegat Anggun dan mencoba menjelaskan sesuatu.
“Nggun, semuanya gak seperti yang kamu denger.”jelas Dara
“Apa??jelas-jelas aku dengar Rio bilang cinta ma kamu, Ra.”
“Gak ada Nggun. Aku gak ada bilang cinta sama Dara tapi…”Penjelasan Rio yang terpaksa tak berujung, nampaknya Anggun tidak mau tau apa yang dijelaskannya, baginya semua itu hanya omong kosong. Bujukan yang tak ada artinya. Anggun tetep kekeh dan percaya pada apa yang ia dengar barusan. Dengan bergerak tergesa-gesa, Anggun menghambur ke kamarnya dan pintu pun sengaja dikuncinya rapat-rapat. Sementara itu Dara dan Rio menyusul Anggun dari belakang.
“tok,tok,tok.”terdengar suara pintu kamar Anggun diketuk dan diiringi suara-suara Dara dan Rio yang saling bersahutan memanggil Anggun serta hendak menjelaskan apa yang terjadi sesungguhnya.
“Pergi, Pergi kalian! Aku gak butuh penjelasan dari kalian, semuanya sudah sangat jelas. Pergi!!”Ucapnya sembari melempar bantal ke pintu, bukan hanya itu, boneka dan semua yang ada dikamarnya diobrak-abrik, sebagai pelampiasan rasa amarah dan sedih yang luar biasa berkecamuk dihatinya.
“Sekarang aku tahu perasaan kamu sebenarnya ke aku Yo. Kamu gak cinta aku secara tulus. Dulu aja, saat aku normal, bisa melihat, kamu bilang cinta mati ke aku. Tapi sekarang setelah musibah 2 bulan lalu menimpaku, kamu malah ninggalin aku Yo. Kamu malah pergi kepelukan Dara, sahabatku sendiri. Kamu juga Dara, jelas-jelas kamu tahu aku sama Rio sudah 5 bulan pacaran tapi kenapa Rio malah kamu embat?” Gerutunya dalam kamar yang sepi bisu. Lama-kelamaan khayalan Anggun melayang jauh pada kejadian tragis yang menimpanya tempo lalu.
Pengorbanan Terindah Untuk Anggun
Dua bulan yang lalu, Anggun, Dara, Maria, dan Fitri pulang bersama dengan mengendarai sepeda. Sembari mengobrol dan bercanda empat gadis belia itu bersepeda dengan santai. Tiba-tiba Anggun merasa haus, rasa haus yang begitu menyiksa tenggorokan Anggun. Diapun langsung menyebrang jalan ke Supermarket. Awalnya Dara melarang Anggun ke Supermarket itu, entah karena apa, padahal suasana jalan waktu itu sangat sepi. Tapi saking hausnya Anggun tidak peduli, ia langsung mengayuh sepeda begitu saja. Tiba-tibamuncul sebuah mobil Avansa silver dengan kecepatan tinggi menyambar tubuh Anggun. Anggunpun tak sadarkan diri. Dan ketika ia terbangun,ia merasa aneh. Ia tak bisa melihat apapun. Semuanya gelap. Keadaan ini ditanyakan pada mamanya. Terdengarlah suara tangisan Mama Anggun, dan ternyata Anggun buta. Anggun yang tak percaya akan hal ini berontak. Dan mulai saat itu pula kehidupan Anggun berubah drastis. Hidupnya hanya mengandalkan kursi roda dan bantuan orang lain. Sebagian besar sahabatnya pergi ninggalin Anggun karena keadaannya sekarang. Hanya Dara yang mau menemani hari-hari sepinya. Namun kini penghianatan membuat hati Anggun semakin teriris dalam kesendirian.

Tiba-tiba “Tok,tok,tok.”Terdengar suara pintu kamar Anggun diketuk.
“Sayang, buka pintu dong sayang, ini Mama.”Bujuk Mama Anggun lembut dibalik pintu, yang meluluhkan hati Anggun yang panas. Anggunpun membuka pintu. Seketika Anggun menghambur dalam pelukan Mamanya.
“Sayang kenapa ini? Kenapa berantakan”Mama Anggun heran, dan memeluk Anggun balik. Seketika Anggun menceritakan semua kejadian di taman. Mama Anggun pun mencoba sabar menghadapi emosi anaknya.
“Sayang, jangan begitu! Mungkin saja apa yang kamu dengar tidak seperti apa yang terjadi sesungguhnya sayang. Tidak mungkin kan Dara menghianati kamu. Sebaiknya kamu dengarkan penjelasan mereka.” Ujar Mama anggun sembari mengelus-elus rambut Anggun.
“Tapi Ma, aku sudah mendengar dengan jelas Ma. Pendengaranku masih awas. Gak mungkin salah, Ma aku mau sendiri.”Ujar Anggun sembari melepaskan diri dari pelukan Mamanya. Anggun mengunci diri di kamarnya. Tentunya menenangkan diri dengan segala masalah ini.
Hari-hari Anggunpun mulai dipenuhi kesendirian lagi. Penuh dengan kesepian. Tiada lagi suara renyah Dara yang menemani hari-harinya. Apabila Dara datang menemui Anggun, dia menolak mentah-mentah. Dan begitulah seterusnya. Begitu sunyinya hidup Anggun yang akhirnya membuat dia rindu akan keramaian. Akhirnya Anggun pun mencoba ke taman belakang untuk memperoleh ketenangan.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang menuju tempat Anggun duduk menghirup udara segar.
“Nggun, kamu ada disini , aku cari kamu ke rumah tadi, kamunya gak ada. Nggun, aku ingin menjelaskan kalau..”
“Cukup!! Cukup Ra, Gak ada yang perlu dijelasin lagi.Semuanya sudah jelas. Pergi, pergi!”Anggun segera memotong perkataan Dara, dia tak mau tau apa-apa lagi keburu rasa marah dan kecewa telah menguasai hatinya. Anggun pun menggerakkan kursi rodanya dengan susah payah, berusaha menghindari Dara.

Tiba-tiba, ‘AWAS!!!’ Dara histeris sembari mendorong Anggun. Dan yang masih terdengar jelas teriakan Dara yang lemah. Anggun hendak terbangun, namun buru-buru ia tak sadarkan diri. Ketika ia terbangun, terdengar suara Mama dan Papa Anggun yang panik melihat Anggun.
“Pa,Ma, Dara mana? Dara gak apa-apa kan? Anterin Anggun ke rumah Dara sekarang Ma, Pa…”Pinta Anggun lemah, panik, dan perasaannya mulai tidak enak.
“Ehm… Dara, Dara gak apa-apa kok? Tadi dia mau nengokin kamu… tapi dia takut kamu tolak Nggun… Ya udah nak. Kamu istirahat ya…”Ujar Mama Anggun terbata, beliau mulai meninggalkan Anggun dengan wajah sedih. Papa Anggun pun meninggalkan Anggun sendiri dengan tatapan yang sama. ‘ada apa sebenarnya? Entah apa yang disembunyikan dariku,’batinnya. Anggun mencoba tenang dan merebahkan diri di tempat tidur.

Tiba-tiba Dara datang dengan senyum yang tak pernah dilihatnya sebelumnya. Entah mengapa Anggun merasa senang tak terkira.
“Nggun. Kamu gak apa-apa kan. Nggun aku minta maaf telah membuat kamu kecewa tapi…”
“Nggak aku ikhlas Ra, aku ikhlasin Rio sama kamu, mungkin dia lebih bahagia sama kamu.”
“Nggak Nggun. Nggak, percaya Nggun, Rio sangat mencintaimu. O ya, aku ingin memberi sesuatu sebelum aku pergi. Kamu harus jaga kenangan yang ku beri.”
“Tapi, Ra, kamu mau pergi kemana? Jangan tinggalin aku Ra. Aku gak akan nolak kamu lagi, kumohon, atau kamu boleh ajak aku ikut bersamamu.. Aku gak mau kamu pergi sendiri.”
“Jangan Nggun, jangan, aku harus pergi sendiri,selamat tinggal”
“Dara jangan tinggalin aku, Dara…. Dara….Dara….Dara…” teriak Anggun.
“Sayang, kamu kenapa?”Ujar Mama Anggun dan Anggunpun terbangun.
“Jadi semua ini mimpi, tapi mimpi itu seperti nyata, itu pasti isyarat Ma.”Anggun memeluk mamanya sembari menceritakan mimpi buruknya barusan.
“Sayang, itu kan cuma mimpi,bunga tidur, jangan dipikirkan.”Mama Anggun mengusap-usap rambut Anggun dengan lembut.
‘Kring….’ terdengarlah suara telepon berdering, terpaksa Mama Anggun melepas pelukan anaknya dan berlari ke ruang keluarga. Hal itu mulai membuat Anggun penasaran. Dan Mama Anggun pun berbalik.
“Nggun, ada berita bagus. Ada orang yang mau mendonorkan matanya untukmu.”Ujar mama Anggun yang membuat anak semata wajahnya senang bukan kepalang. Dengan semangat Anggun diantar ke rumah sakit. Dalam perjalanan bibir mungil Anggun dipenuhi senyum membayangkan dirinya bisa melihat lagi seperti semula.

Operasi pun dimulai, tangan-tangan ahli mulai melakukan kebolehannya dalam mencangkok kornea mata. Dalam hitungan jam, operasi selesai. Anggun mulai membuka matanya. Terang sungguh terang. Semua orang di ruangan itu dilihatnya 1 per 1. Dokter,Perawat,Mama,Papa, Rio, Kak Siska,Mama Dara,tapi mana Dara? Tanya Anggun dalam hati.
“Kak Siska, Dara mana? Rio, mana Dara? Ma,Pa,Tante kenapa Dara tidak kesini?”Tanya Anggun panik, namun seketika sunyi tak ada jawaban, hanya tatapan sedih yang mengelilinginya. Anggun pun mulai terbangun.
“Kak Siska mana Dara?”Ujar Anggun sembari menggetarkan tubuh kakaknya Dara.
“Ehm, Nggun. Ini titipan surat dari Dara. Selain itu ada bungkusan buat kamu.” Rio menyodorkan sepucuk surat dan bungkusan kepada kekasihnya itu. Dengan sigap Anggun menerima dan buru-buru membaca surat dari sahabatnya itu.
Dear : Anggun
Nggun, mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah pergi… O ya, maafin aku karena aku tak sempat memberikan hadiah padamu sebelum aku pergi. Dan lewat surat inilah aku memberikan kenangan untukmu sahabatku. Nggun, maafin aku juga ya, belum sempat menjelaskan kalau aku dan Rio tidak ada hubungan apa-apa. Waktu itu Rio ngungkapin perasaannya pada foto kamu, bukan aku. Percayalah Rio itu orangnya setia. Dan janjilah kamu harus percaya sama Rio ,jika kamu sayang sama dia,Ok. Nggun, nanti kamu akan bisa melihat, melihat seluruh isi dunia ini. Melihat semua keindahan yang telah Tuhan berikan. Tapi maaf, aku gak akan bisa lagi menemani hari-harimu seperti dulu.Tapi tenang saja mataku akan terus menemanimu, menemanimu melihat indahnya dunia, dan akan ikut menghadapi masa depanmu. Dan kamu jangan sedih, aku tak mau kamu sedih. Bila kamu kangen sama aku, kamu bisa lihat bintang, pasti kangenmu akan terobati, seperti dulu waktu aku kangen papa. Oya kalung yang kita buat dulu sudah jadi. Simpan dan jaga baik-baik. Sekali lagi, Nggun jangan sedih… Aku akan selalu ada untukmu. Meskipun ragaku tak mungkin bersamamu lagi tapi aku selalu ada dihatimu. Dan aku akan selalu menjagamu dan bersamamu….
By :
Dara

Seketika Anggun menangis,dia tidak menyangka sahabatnya itu begitu cepat meninggalkannya.
“Kak, Dara sudah meninggal! Kenapa kak? Kenapa semua orang tak memberitahuku? Kenapa?”Ujar Anggun sembari menahan tangis.
“Dia meninggal…dia meninggal gara-gara kamu! Gara-gara menyelamatkanmu dari kecelakaan itu. Dia terluka parah dan akhirnya meninggal. Mata itu , mata Dara. Walaupun dia sekarat dia tetap mikirin kamu, Nggun…”Jelas Kak siska ketus sembari menuding mata Anggun. Anggunpun terdiam sejenak. Airmata Anggun terus menitik, bagai hujan lebat yang terjadi di luar sana. Ia baru sadar dan menyesal seharusnya waktu itu ia memberi kesempatan pada Dara untuk menjelaskan peristiwa di taman tempo hari. Anggun benar-benar menyesal.
“Maafin aku kak. Maafin aku.”Ujar Anggun tulus tapi Kak Siska malah memalingkan wajahnya, dan pergi meninggalkannya, begitu pula yang lain. Mereka membiarkan Anggun beristirahat setelah operasi, namun Rio tetap tinggal menemani Anggun.
“Dara, Dara.. Aku gak sanggup tanpa kamu.” Anggun memeluk foto Dara. Tak sengaja ekor matanya memandang ke meja di samping ranjangnya. Diambilnya pisau disamping buah apel. Entah kenapa, pisau itu malah ditancapkannya ke urat nadinya, untunglah Rio sigap menangkisnya.
“Nggun, jangan ….. jangan Nggun… Dara pasti sedih disana melihat kamu putus asa seperti ini.” Rio memeluk erat Anggun.
“Tapi Yo, aku gak sanggup tanpa Dara , gara-gara aku dia pergi. Aku salah Yo, aku yang harus pergi, bukan dia.”Keluh Anggun diiringi tangis.
“Sudahlah sayang, jangan bilang begitu. Mungkin ini sudah takdirnya.”Rio mencoba menenangkan Anggun. Anggun terdiam sementara air matanya membasahi baju yang dikenakan Rio, namun Rio tak marah dibiarkannya gadis itu menangis dipelukannya. Asal itu membuatnya tenang.

Ketika Matahari dan benda langit lainnya. Anggun mulai membuka jendela kamarnya. Anggun kengen sama Dara. Dipandangnya langit, bintang-bintang yang gemerlap , mendadak Anggun merasa tenang.
“Dara, aku kangen kamu. Aku sekarang sadar, apa yang kita dengar gak seperti apa yang terjadi sesungguhnya. Aku salah, tidak percaya padamu sepenuhnya. Gara-gara itu, aku harus kehilangan kamu. Sekarang aku janji, aku akan percaya pada orang-orang yang aku sayang, jika aku tak ingin kehilangan mereka. Ra….aku akan menyimpan dan menjaga apa yang telah kau beri padaku. Mulai sekarang aku akan menata hidup baru tanpa kehadiranmu disisiku. Tapi… dihatiku kamu akan tetap ada dan selalu ada.” Ujarnya dengan senyum semangat sembari menatap bintang, menatap hari-hari baru dan masa depan yang kan menanti, dengan kenangan indah bersama sahabatnya, “Dara.”

“Selesai”
PROFIL PENULIS
Nama saya Lusi Parwini, Ni Putu, sering dipanggil Lusi. Hobbi yang saya miliki membaca cerpen dan novel. Saya berasal dari Bali.Alamat facebook : lusyparwini

0 komentar:

Posting Komentar